Kamis, 21 Juni 2007

GODS OR DEWA:

Ada seorang anak muda dari Amerika. Dia selalu suka
jadi sukarelawan di panti-panti jompo atau di vihara.
Sampai pada suatu hari dia berkata kepada temannya
bahwa dia ingin menjadi seorang bhikkhu (pendeta
Buddha). Bagaimana caranya? Temannya berkata pergilah
kamu berdana kepada bhikkhu dan tanya lah dia
bagaimana cara menjadi bhikkhu.

Pergi lah si anak ini ke vihara. Dia bertemu dengan
seorang bhikkhu. Bhikkhu ini bertanya ada yang bisa
saya bantu? Kebetulan Bhikkhu juga seorang
berkebangsaan Amerika. Pada tahun 70-an masih sedikit
bhikkhu orang kulit putih. Kata pemuda itu, saya ke
sini mau berdana dan mau jadi bhikkhu, bagaimana
caranya? Bhikku itu tersentak dan dia tahu pemuda ini
ikhlas.

Bhikkhu itu berkata, pergilah kamu ke Thailand. Di
sana ada Monastery International yang menerima kita
para orang asing untuk berlatih. Jadi berangkatlah
pemuda ini ke Thailand, sampai di Bangkok Airport jam
2 pagi tapi dia tidak tahu pasti alamat Monastery itu.
Jadi dia pergi dengan naik taksi. Setelah perjalanan
cukup jauh, sampailah ia di depan Monastery itu, waktu
itu masih dini sekitar jam 3 lebih. Taksi itu pergi
saja begitu mengantarnya. Ternyata Monastery itu belum
terbuka, semuanya masih gelap gulita. Ketika dia
mengamati pintunya, tiba-tiba tercium harum wangi.

Kemudian berbalik badan melihat seorang bapak tua
dengan pakaian adat Thai berdiri di belakangnya. Bapak
itu bertanya dengan bahasa Inggris yang fasih, ada
yang bisa saya bantu? Pemuda ini sangat gembira
sekali, karena untuk pertama kalinya di sini dia
berjumpa dengan orang yang bisa berbahasa Inggris.

Pemuda ini menjawab, saya ke sini mau berdana dan
menjadi bhikkhu. Bapak itu tersenyum dan menjawab,
hari masih dini, belum ada yang bangun, mari saya
antar kamu masuk ke dalam.

Dan bapak ini meraba kantongnya mengeluarkan kunci
yang sudah usang dan membuka pintu samping monastery
itu. Kemudian dia membawa pemuda ini ke sebuah ruang
besar, menghidupkan lampu-lampu di ruang itu. Di sana
ada patung-patung Buddha dan beberapa lukisan yang
kelihatan sudah tua. Bapak itu menceritakan tentang
sejarah lukisan-lukisan yang berada di ruang itu
kepada pemuda tersebut dengan bahasa Inggris yang
fasih sekali. Tak terasa subuh sudah sampai, bapak itu
berkata pada pemuda itu:

"Mari saya antar kamu ke ruang tempat para bhikkhu
menerima dana makan. Setelah sampai di sana, bapak itu
berkata, tunggulah di sini kepala biara akan segera
keluar, dan bapak itu berjalan keluar.

Begitu kepala biara itu keluar, dia terperanjat
melihat pemuda ini. Karena dia tidak bisa berbahasa
Inggris, dia segera mencari murid kulit putih lainnya.

Pemuda ini menjelaskan bagaimana dia bisa masuk ke
vihara dan menunggu di sana.

Kepala biara terperanjat, karena di dalam vihara
mereka tidak pernah ada bapak yang dikatakan pemuda
itu, lagipula hanya kepala biara dan wakilnya yang ada
kunci pintu itu. Dia juga terperanjat karena pemuda
itu tahu sejarah lukisan-lukisan itu, sementara
orang-orang yang bermukim lama di sana saja sudah
tidak tahu menahu tentang sejarah itu. Setelah pemuda
itu menjelaskan ciri-ciri khas orang itu, ternyata
baju adat itu seperti baju Raja Thailand yang dulu.

Segera mereka membawa pemuda itu untuk melihat sebuah
lukisan seseorang. Pemuda itu berkata: "Yes! This is
the man who helped me this morning." Segera mereka
mengerti bahwa bapak itu ternyata Raja Thailand dulu
yang sudah meninggal dunia dan menjadi Dewa. Karena
keikhlasan dan kesucian hati dari pemuda ini, dewa pun
menolongnya.

Cerita kedua tentang Dewa adalah dari pengalaman
senior saya di Thailand. Pada masa saya dulu,
bhikkhu-bhikkhu banyak yang berniat ke India, tempat
asal usul agama Buddha. Mereka berjalan dari Thailand
ke India, perlu waktu satu tahun. Banyak yang tidak
berhasil, atau meninggal karena perjalanan yang
berbahaya dalam hutan liar, ataupun tersesat. Senior
saya, seorang bhikkhu yang sangat saleh bercerita
tentang pengalamannya. Dia sudah berhasil sampai ke
India.

Tetapi dalam perjalanan pulangnya sekitar 4 hari
sebelum mencapai Thailand dia sudah kehabisan tenaga,
karena sudah hampir seminggu dia belum menemukan
makanan untuk mengisi perutnya. Akhirnya dia terjatuh
di jalan, dari kejauhan dia nampak seorang berpakaian
rapih dan bersih seperti orang kota membawa rantangan
makanan berjalan ke arahnya.

Orang itu menderma makanannya kepada senior saya itu.
Senior saya heran bagaimana orang ini bisa tahu kalau
ada bhikkhu yang menunggu dana makanan. Karena bhikkhu
tidak boleh bertanya asal usul makanan dari seorang
pemberi, senior saya hanya menerima dan memakan
makanan itu. Tetapi begitu dia membuka rantang
makanan, dia terperanjat dengan isi makanan itu karena
semuanya berisi sayuran yang bagus-bagus adat Thai
seperti yang dijual di restoran. Senior saya tidak
tahan untuk tidak bertanya.

Sehingga dia berkata kepada orang itu: "Maafkanlah
saya untuk bertanya, dari manakah kamu berasal
sehingga kamu tahu kalau di sini ada seorang bhikkhu
yang sedang menunggu dana makan?" Orang itu hanya
tersenyum dan menunjuk ke atas langit.

Cerita lain tentang dewa adalah pengalaman saya
sendiri. Sewaktu saya berada di Thailand, sudah biasa
seorang bhikkhu berjalan kaki dari suatu tempat ke
tempat lain.

Suatu waktu, karena saya berjalan melewati banyak
hutan yang tidak ada penduduknya, saya tidak menerima
makanan maupun minuman. Sebagai seorang bhikkhu, sudah
menjadi peraturan untuk hanya makan atau minum dari
pemberian orang, tidak boleh meminta. Pada saat itu
matahari terik sekali dan sudah 2 hari saya berjalan
tidak makan atau pun minum. Kemudian tibalah saya di
sebuah desa. Sewaktu saya berjalan di pintu desa, dari
kejauhan saya sudah melihat ada warung dimana beberapa
orang duduk sambil mengobrol.

Saya melihat ada iklan Coca-Cola. Sewaktu saya
melewati warung itu, sebagai seorang bhikkhu saya
tidak boleh melihat ke sana ke mari, apalagi meminta
minum kepada mereka, jadi pandangan mata saya tetap
menunduk ke bawah. Mereka sepertinya tidak
menghiraukan saya. Kemudian saya berpikir dan berkata
dalam hati, kalau benar ada DEWA yang menolong bhikkhu
yang baik seperti yang tertulis dalam Sutta Pitaka,
tunjukkanlah kepadaku sekarang juga keberadaan dewa
itu. Kemudian saya berusaha konsentrasi dengan jalan
saya sampai kira-kira setelah 9 meter saya berjalan,
saya mendengar ada orang berlari-lari ke arah saya dan
berteriak dengan bahasa Thai yang artinya persembahan
dana makan untuk bhikkhu. Ternyata seorang wanita
membawa Coca-Cola untuk saya, kemudian diikuti
teman-temannya yang lain.

Kemudian saya duduk di bangku di tepi jalan. Kemudian
saya minum Coca-Cola yang berada di sampingku, 9
botol! Dan berpikir, Wah! DEWA benar ada, dan bukan
hanya satu, mereka benar-benar mau menunjukkan bahwa
DEWA itu ada!

Tidak ada komentar: